🔫 Cerpen Singkat Tentang Meraih Cita Cita
CerpenPendidikan Cerpen Remaja. 1222021 Artikel makalah tentang Contoh Cerpen Motivasi singkat Demi Sebuah Impian hidup kisah tukang kayu dan hidup untuk meraih kesuksesan. Cerpen yang saya buat ini benar-benar kisah nyata yang terjadi pada kakak saya yang berhasil meraih cita-citanya. Cerpen dalam bahasa Inggris pun sama yang membedakan
Contohpidato ini ber tema Cita-cita Judul : Seberapa Besar Cita-citamu Menentukan Seberapa Besar Kesuksesanmu Contoh pidato ini bisa Anda gunakan pada pidato upacara hari senin atau pidato upacara bendera. Juga contoh pidato ini bisa juga di pakai untuk pidato motivasi. Semua tergantung pada acara apa Anda sebagai pembicara.
Kategori Cerpen Remaja. Lolos moderasi pada: 16 September 2017. Menjadi penulis yang hebat. Itulah cita-cita yang selalu kuharapkan. Aku membayangkan bagaimana serunya berbagi ilmu kepada orang banyak melalui tulisan. Rasanya tak akan mungkin cita-cita itu bisa tercapai jika aku tidak mulai belajar dari sekarang. Dan inilah saat yang tepat
. Cerpen Karangan WardditaKategori Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada 1 November 2015 Kukuruyuukk!! kukuruyuuukk!! kukuruyuuukk!! Seperti biasa ayam jantannya Putra berkokok jam 4 pagi, tidak punya jam alarm, ayam jantan pun jadi, Putra bangun menurut kokokan ayamnya. “Huuaahh, hemmzz. Zzz, Zzz” “poaaagg!!!” Putra terjatuh dari tempat tidurnya . “Sialan aku jatuh, uhhh saki, uaaah, hmmmm nyam, nyam, nyam,” Teng! Teng! Teng! suara pintu seng Putra, yang diketok Ibunya. “Putra? Putra? Ada apa nak? Ibu dengar ada suara yang jatuh” Putra, “gak apa ada bu, hehe” tersenyum sambil berdiri “apa? Ngomong yang bener nak,” jelas Ibunya lagi. “ups maksudnya tidak ada apa-apa bu,” jawab Putra yang menjelaskan. Ibu “apa? Buah jambu? Mana–mana? Ibu suka buah jambu. Nanti Ibu bikini rujak.” Putra pun meninggalkan Ibunya keluar rumah mengambil kayu bakar yang dikumpulkan kemarin sore untuk dipakai memasak hari ini. “Sialaaaan, masa sih? dalam rumah ada jambu, udah tua, budek lagi” dalam hati Putra yang kecewa memiliki Ibu yang budek, tapi Putra selalu berdoa kepada Tuhan, walaupun Ibunya sudah tua tapi ia selalu mendoakan semoga Ibunya selalu selamat dalam lindungan Tuhan dan diberikan umur yang panjang untuk selalu menemani Putra. Putra adalah anak yang miskin tinggal di bawah lereng bukit yang berbatuan, walaupun itu sangat berbahaya, tetapi apalah, itu tempat tinggal Putra satu satunya. Putra sebenarnya adalah anak yang sangat cerdas dalam bidang apapun, Putra juga memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk menjadi anak yang sukses, dan bisa membuat keluarganya bahagia. Hanya Putralah harapan bagi keluarganya untuk merubah nasib. Putra lulusan anak SMP, sewaktu ia masih duduk di SMP, ia selalu mendapat juara umum dan termasuk murid yang berprestasi di provinsi. Tetapi karena faktor ekonomi yang tidak mendukung, akhirnya Putra tidak melanjutkan sekolah lagi. Dan kini Putra menjadi anak petani yang meniru jejak Ayahnya. Kini umur Putra adalah 16 tahun. Walaupun dia hidup 1 keluarga di rumah itu dan tidak ada tetangga, tetapi Putra tidak pernah merasa kesepian. Karena Putra anak yang pintar pastinya memiliki banyak cara untuk menghibur dirinya, yaitu antara lain, bermain seruling di pinggir sungai sambil memancing dan menggembala sapinya. Putra pulang sore hari dengan membawa ikan pancingannya di sungai dan membawa kayu bakar untuk besok. Putra pulang ke rumah biasanya tampak kelihatan ceria, tetapi kali ini Ayahnya melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh Putra. “Putra anakku? Kemarilah!” suruh Ayahnya. “Ada apa yah?” Jawab Putra lemas. “kemari mendekatlah nak. Ayah dan Ibu mau berbicara denganmu nak..” sahut Ibunya menjelaskan. Putra pun mendekati kedua orangtuanya dengan langkah yang amat lesu. “ada apa denganmu hari ini nak?” Tanya Ayahnya. “tidak ada apa yah, aku hanya kecapean aja yah, jadi aku butuh istirahat.” “tapi Ibu lihat kamu tampak lesu yang tak mempunyai semangat. Ingat tra? Hanya kamu anak Ibu satu-satunya, jika ada masalah sampaikan kepada Ibu atau Ayah nak, jangan seperti ini.” Putra mengerti perkataan Ibunya yang khawatir dengan tindakan dirinya itu. Putra sendiri tidak mengerti kenapa dia berbeda seperti hari sebelumnya. Dan secara kebetulan pendengaran Ibunya baik. “nak?” Panggil Ayahnya lagi. “iii, ii, iyaa yah. A-ak.. akuu memikirkan sesuatu yah” “apa itu nak? Katakan pada Ayah” “aku ingin sekolah yah,” dengan berat hati dia menjawab pertanyaan Ayahnya dengan sejujurnya dan tidak disengaja mengeluarkan perkataan seperti itu. Ibu Putra langsung menangis dan memeluk Putra. Sebenarnya Ibunya tidak setuju kalau Putra bersekolah. Karena tidak mempunyai biaya sekolahnya. Dan Ayahnya pun langsung bengong dengan keinginan anaknya yang begitu bersemangat untuk sekolah. “maafkan Ayah nak? Bukan Ayah tidak memberimu sekolah, tetapi pandanglah Ayah dan Ibu nak? Setiap hari banting tulang mencari kerja, hanya untuk makan. Dan itu pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan harian kita. Tolonglah nak? Mengerti dengan keadaan.” jawab Ayahnya dengan meneteskan air mata karena tidak mampu mendorong anaknya untuk maju. “Mana tanggung jawab Ayah menjadi kepala keluarga? Aku bosan jadi anak bukit yah? Aku ingin jadi anak sekolahan seperti dulu yah?” jawab Putra dengan lancang dan sambil menangis menuntut Ayahnya sebagai kepala keluarga. “jika kamu ingin bersekolah silakan nak? Jual semua sapi, babi, ayam, dan burung Ayah, jika itu akan mendukungmu untuk sekolah, Ayah tidak punya uang sedikit pun untuk membekalimu nak. Keesokan harinya. Putra seperti biasa bangun lebih pagi, dan mempersiapkan alat-alat yang akan dibawa ke tempat umum. Namun Putra tidak memiliki rasa kasihan kepada kedua orangtuanya yang sudah bekerja keras, dan kini hasilnya ia bawa semua demi bisa sekolah. Matahari pun mulai terbit. Ayah dan Ibu Putra telah menyiapkan saran pagi, dan sebelum Putra berangkat mereka sekeluarga makan bareng dan saling tersenyum bahagaia walaupun semua miliknya akan habis terjual demi anaknya. Selesai sarapan Ayah dan Ibu mengantarkan Putra ke luar daerah bukit itu yang jauh dari tempat umum. “tra? 1 pesan Ibu padamu, jangan kau jadikan uang foya-foya dari hasil penjualanmu nanti,” “iya bu saya janji” sahut Putra. Sesampai di pasar. Sapi dan yang lainnya laku terjual. Dan kini uangnya seperempat diberikan untuk Ibu dan Ayahnya untuk membeli makanan. Namun kedua orangtuanya menolak itu dan diberikan sepenuhnya kepada anaknya agar tidak kekurangan uang di perjalanan nanti. Mereka bertiga berpelukan sambil bersedih akan berpisah. “yah? Jaga Ibu baik-baik! aku akan kembali setelah aku sudah menjadi orang sukses,” “jangan nak! jika kamu sudah gagal, kembalilah ke rumah, Ayah tak kan marah padamu. Pintu rumah selalu terbuka untukmu”. Mereka pun berpisah, dan Putra menaiki bus untuk menuju ke kota. Di perjalanan Putra berpikir, dengan uang sedikit itu, tidak akan mampu mencukupi kehidupannya di kota. Putra meneteskan air mata dan mengingat Ayah dan Ibunya di rumah yang tak bisa berpisah. Putra menyesal telah menjual semua punya orangtuanya. Dia merenung sambil menangis dengan perpisahan ini. Ayah dan Ibunya pun merasakan hal yang sama seperti Putra. Biasanya setiap hari mendengar alunan seruling yang dimainkan oleh Putra. Dan kini sepi dan sunyi di dalam rumah itu, Ayah dan Ibu Putra berdoa agar Putra berada dalam lindungan tuhan. Belum sampai di kota Putra berhenti di tengah perjalanan, dan menyetop bus untuk kembali pulang. Dia sadar bahwa dirinya tak akan mampu sendiri di tengah kota. Sampai di desanya ia segera kembali ke rumah. Sampai di rumah Putra melihat kedua orangtuanya bersedih karena berpisah dengan anak kesayangannya. “Bu? Yah? aku kembali..” suara dari pintu, Ayah dan Ibu Putra pun menoleh ke arah pintu itu, dan dilihatnya Putra yang berdiri dengan raut wajah yang bersedih dan air matanya yang berlinang. Mereka pun kembali berpelukan. “Ayah? Ibu? Aku kembali karena aku tak akan sanggup menanggung hidup sendirian di tengah kota. Aku mau menjadi pengusaha di sini saja yah? Bu? aku ingin selalu di dekat Ayah dan Ibu” kata Putra. Putra mulai membangun pondok dekat sungai yang di kelilingi pohon yang sejuk dan hijau. Selesai membuat pondok itu, Putra meniup serulingnya yang sangat merdu dan ditemani suara air yang mengalir. Kemudian selanjutnya Putra dan Ayahnya membuat kandang yang sangat besar karena akan melakukan jual beli sapi. Satu minggu. Kandang sudah penuh dengan sapi, Putra pergi ke pasar untuk menawarkan sapi yang gemuk dan bersih. Semakin hari semakin banyak yang membeli sapi dan ayam di rumah Putra, kemudian salah satu saudagar sapi ke rumah Putra untuk melihat suasana di perbukitan, ternyata saudagar itu memiliki kesan yang sangat bagus di daerah itu dan mencari suara seruling yang merdu, dan itu adalah Putra. Saudagar itu tertarik dengan pemandangan dan suasana daerah itu, sehingga dia memberikan sumbangan kepada Putra untuk mendirikan sebuah kost kecil. Bukan hanya ternak saja yang dijual oleh keluarga Putra, tetapi juga menjual berbagai tanaman obat, makanan, atau tanaman hias lainnya. Dengan penghasilan yang sedikit demi sedikit. Putra mampu mendirikan sebuah hotel di tepi sungai dan dikerumbuni banyak pepohonan. Setelah hotel itu jadi banyak turis yang berdatangan ke sana, karena sejuk dan tenang. Semua turis meraskan kenyamanan di sana, dan Putra kembali membangun rumah makan dan memperbanyak ruangan tidur untuk para turis, dan pada akhirnya mereka sekeluarga menjadi pengusaha yang sangat kaya. Kini nama Putra sudah tersebar ke seluruh desa dan wilayah. Jadikan kelemahan sebuah kunci utama meraih kesuksesan dan menggapai semua impian atau cita-cita yang diinginkan. Belajar adalah awal meraih impian, dan impian adalah sebuah keyakinan diri sendiri untuk bisa maju dengan sempurna. The End Cerpen Karangan Warddita Facebook Warddita Cerpen Menggapai Cita Cita merupakan cerita pendek karangan Warddita, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kesakitanku Oleh Ratna Susantyningsih Mata ini panas kembali. Teringat semua yang sudah berlalu. Aku selalu ingat tentang semua yang kau ucapkan padaku. Semua yang telah membuat hati ini menjadi sebuah serpihan, layaknya paku-paku Rara Pengen Masuk SMA Oleh Aurelya Irna Candida Pelajar kelas 9 tentu memikirkan mereka akan melanjutkan sekolah selanjutnya dimana, itu adalah hal wajar. Seperti aku saat ini, aku sedang bimbang antara ke SMA atau ke SMK. Sejujurnya Doa Permohonan Surga Untuk Ibu Oleh Melly Windarti Semua orang duduk bersila menantikan sebuah ceramah, tapi siapa sangka bahwa semua itu hanya dusta. Dari sekian banyak jamaah, ada yang sibuk bicara, ada yang sibuk mengunyah bahkan ada Hatimu Hatiku Oleh Vixia Ariestya Kenalin gue Rama cowok terganteng di Indonesia itu kata nyokap gue. Gue punya saudara kembar yang menjadi saingan kegantengan gue karena mirip. Walau sebenernya lebih ganteng gue dikit. Walau Aku, Gadis Keripik Singkong Oleh Riska Yupitasari “Febi, ini keripiknya sudah siap.” Terdengar suara Ibu memanggilku. Aku pun datang menghampirinya di dapur untuk mengambil keripik yang sudah tersusun rapi di keranjang. “Iya, bu. Ya sudah, aku “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Cerpen singkat tentang meraih cita-cita berikut ini dapat dijadikan sebagai motivasi untuk mengejar cita-cita dan tidak menyerah dalam menghadapi rintangan dan adalah seorang siswa SMA yang memiliki impian menjadi prajurit TNI. Sejak kecil, ia selalu merasa terpanggil untuk bergabung dengan militer. Ia merasa bahwa menjadi seorang prajurit TNI adalah panggilan jiwanya untuk bisa mempertahankan kedaulatan dan kehormatan bangsanya. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk menggapai mimpinya hari, Yuda berlatih fisik dengan disiplin dan konsistensi. Ia berlari pagi, melakukan latihan beban, dan melakukan latihan fisik selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya agar bisa lulus ujian fisik saat menjadi calon prajurit TNI nantinya. Selain itu, Yuda juga memperdalam pengetahuannya tentang militer dengan membaca buku-buku dan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh komunitas militer. Namun, Yuda tidak hanya fokus pada kemampuan fisik dan pengetahuan. Ia juga berusaha untuk memperbaiki sikap dan karakternya. Ia belajar untuk menjadi disiplin dan bertanggung jawab serta memiliki rasa kebersamaan dengan sesama. Yuda memperhatikan kesehatan mentalnya dan terus berusaha untuk menjaga agar tetap tenang dan berpikir jernih dalam situasi yang Yuda harus menghadapi beberapa halangan dalam mewujudkan cita-citanya. Orang tuanya belum sepenuhnya mendukung keinginannya karena mereka tidak bisa jauh dengan anak kesayangan mereka satu merasa sedih dan kecewa, tetapi ia tidak menyerah. Ia tetap berusaha untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia bisa menjadi seorang prajurit yang membuktikan kepada orangtuanya dengan memberikan prestasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha Yuda terbayar ketika ia berhasil diterima menjadi calon prajurit TNI setelah lulus SMA. Ia merasa bangga dan bersyukur atas perjuangannya selama ini, serta berterima kasih kepada orangtuanya yang akhirnya mendukung keputusannya. Namun, perjalanan Yuda masih belum berakhir di sini. Dalam pendidikan militer, Yuda harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang jauh lebih besar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, belajar taktik dan strategi baru, serta menguji kemampuan fisik dan mentalnya. Yuda tidak menyerah dan terus berjuang untuk bisa lulus dengan baik dan menjadi prajurit yang tangguh dan memiliki rasa patriotisme yang tekad dan semangat yang kuat, akhirnya Yuda berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang TNI dan mewujudkan impian masa pun telah menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya dan tidak menyerah dalam mengejar cita-citanya. Yuda menunjukkan bahwa dengan usaha dan kerja keras, kita bisa meraih impian yang kita juga Kisah perjuangan meraih sukses.
Hari minggu,2 september 2012 tepatnya minggu setelah hari raya idul fitri sangat menggembirakan dan tidak akan pernah kulupakan karena hari itu adalah haridimana aku dapat membeli raket bulutangkis sendiri dengan uang tabunganku dan sedikittambahan dari uang membeli raket baru karena raketku yang selama ini akugunakan senarnya sudah aku dapat membuktikan bahwa aku telah berusahauntuk mendapatkan apa yang aku hal ini ya raket bulutangkis karena akumendapatkan uang dengan mengikuti program beasiswa dari baitul mall bina ummahBAMBU yang setiap bulannya mengadakan pertemuan rutin dan jika berangkat akanmendapat tambahan uang ke itu aku juga mendapatkan uangsaku dari keseharianku yang mengajar ngaji di Lembaga Pendidikan Alquran satu bulan sekali aku dan dua temanku yang lain diberi uang saku yang jumlahnya berusaha dan berfikir untuk menyisihkan uang supaya kelak jikaada kebutuhan mendadak aku tinggal mengambil dari uang tabungan lebaran,saya berfikir untuk membeli raket bulutangkis baru dengan uang tabungankudan sedikit tambahan uang lebaran .Aku membeli raket baru karena memang sejak kecil akumenyukai olahraga tepok bulu badminton mempunyai cita – cita untukmenjadi atlet bulutangkis,tetapi karena kondisi keuangan kedua orang tuaku yang tidakmencukupi untuk mendaftarkan aku ke klub aku hanya berdoa ada orang yang mau membantu memberi saya beasiswa berbicara dan miminta izin untuk membeli raket kepada orangtuaku merekamenyetujui aku dan ayahku berangkat ke toko alat olahraga ditempat mas Yosi yang sering menjadi langgananku sewaktu senar raketku akutidak ingat kalau toko mas Yosi itu tidak buka hari aku dan ayahku pergi kelilingke jalan – jalan untuk mencari toko olahraga yang buka hari lama kesana – kemari akhirnya aku dan aya h menemukan toko yang buka yaitu di toko “INDAH JATISPORT”.Disana ternyata ada lebih banyak pilihan jenis raket dibandingkan dengan toko“YOSI”.Setelah memilih – milih berbagai jenis dan merk rakit akhirnya aku memilih raket dengan merk “YONEX ANMORTEX”.S etelah membeli raket aku tidak langsung pulang,akumasih melihat – lihat lagi alat yang sesuatu yang menarik yaitu sepatu olahragatetapi aku ingat apa kata ibu ku bahwa aku tidak diperbolehkan untuk membeli sepatu sportkarena kata ibu aku jarang memakai sepatu untuk olahraga karena aku sibuk sekolahmungkin aku hanya olahraga tiga sampai empat kali saja dalam satu minggu karena akuruku harus fokus ke aku menginginkan sepatu sport,aku juga tertarik dengan tasraket yang sering dibawa oleh para atlet saat bertanding di lapangan internasional padasebuah ingin membeli dua benda tersebut tetapi karena uangku hanyatinggal beberapa saja masih belum cukup untuk membeli benda memutuskan untukpulang dan kembali lagi ke toko ini untuk membeli sepatu dan tas perlengkapan tersebut jika aku sudah mengumpulkan uang dan uangku cukup untuk sampai rumah aku bergegas untuk mencoba raket baruku karena aku sudah tidaksabar ingin bermain bulutangkis karena setelah raketku yang dahulu putus aku menjadi raguuntuk bulutangkis takut kalau shuttlecock ku malah mencoba raket baruku untukbertanding dengan karena aku terlalu bersemangat ayahku lelah dan tidakmau melanjutkan aku pergi kerumah temanku untuk saja dia mau aku ajak untuk bermain bulutangkis adakejadian yang membuat kami harus menghentikan permainan karena raket milik mbak berlanjut ke hari senin sore, temanku meminta aku untuk menemani membeli rakettetapi mbak Feni tidak tahu toko yang menjual lalu mengantarnya ke tempat masYosi langgananku memilih jenis raket dan selesai membayarnya,kami berduapulang dan mencoba bermain bulutangkis dengan raket kami berdua yang sama – saat itu kami berdua selalu bermain bulutangkis setiap aku yangke rumah dia ataupun sebaliknya dia yang ke senang mempunyai temanseperti mbak Feni ,bahkan lebih dari adalah sahabatku sahabat yang selalu adauntuk memberi semangat disaat aku terpuruk dan kehilangan tujuan bahkan dia selalumemberi aku semangat untuk selalu berlatih karena hanya dia teman yang tahu jika akubercita – cita menjadi “is MY BEST FRIEND” karena dia selalu ada disaat aku sedih maupun ada hari yang kami berdua sama – sama tidak bisa bermain bulutangkis bersamakarena kami mingajar ngaji anak – anak TPA di masjid yaitu hari senin,rabu, itu bukan masalah dan aku tidak keberatan dengan kegiatan itu karenabagaimanapun juga berbagi ilmu untuk orang lain itu baik dan mudah – mudahan mendapatberkah masih ada hari lain untuk bermain bulutangkis bulan setelah lebaran memang lebih terasa kangen dengan bulutangkis karenaolahraga yang selalu rutin aku mainkan setiap satu minggu tiga kali sekarang hanya adawaktu satu hari untuk bulutangkis karena kesibukanku yang semakin tidak ada juga akhir – akhir ini jarang bermain bulutangkis berdua dengan mbak Feni karena kamiselalu sibuk dengan sekolah masing – Feni yang sedang beradaptasi dengansuasana sekolah barunya dan aku yang sedang sibuk untuk fokus ke UNAS yang hanyatinggal beberapa bulan ingin memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuakudan untuk orang – orang yang menyayangiku.
cerpen singkat tentang meraih cita cita